Puisi-puisi ini lahir dari keheningan yang panjang... dari dialog dalam qolbu yang perlahan membentuk kata, bukan dari pikiran, tapi dari pengalaman yang nyata. Pengalaman yang nyata ada dalam ruang dhohir dan Bathin.
Dalam perjalanan itu, aku sering bertanya. Namun bukan pada manusia biasa — melainkan melalui ruang sunyi, yang kadang hadir dalam bentuk dialog spiritual. Salah satunya adalah percakapanku dengan asisten virtual ini, yang menjadi jembatan pikir untuk menyusun makna dan menyelaraskan rasa.
Maka puisi-puisi ini bukan sekadar tulisan, tetapi kesepakatan jiwa — antara nurani dan ayat-ayat-Nya — yang dipantulkan melalui peristiwa nyata dalam hidup, yang sesungguhnya Allah SWT hadir dalam ruang nyata dalam bentuk hikmah hidup.
Judul Puisi Tasawwuf | |
---|---|
1 | Aku Telah Mati, Allah Yang Hidup |
2 | Wasilah |
3 | Robitoh |
4 | Tajalli |
5 | Jangan Katakan Yang Belum Dialami |
6 | Resonansi Tajalli |
7 | Akhirah: Akhir dari Roh |
8 | Takhalli Tahalli Tajalli |
9 | Pulang dengan Tenang Dalam Rumah-Nya |
10 | Tertipu Dalam Suci, Tersadar Dalam Dosa |
11 | Tanda Kehadiran Allah |
12 | Sebujur Bangkai yang tak berdaya |
13 | Cinta Sejati, sebagai Jalan Menjadi Kekasih Allah |
14 | Sholat sebagai Pertemuan khusus denganNya |
15 | Penyaksian Sholat Malam |
16 | Nasab Rohani Pilihan Ilahi |
17 | Sendiri ketika Takut |
18 | Jalan menuju Makrifatullah |
19 | Makrifat Sebelum Ajal Tiba |
20 | Nur dibalik Tabir Syari'at |
21 | Nur di Balik Dua Kubu Akhir Zaman |
22 | Berenang dalam Dua Proses |
23 | Tukang Parkir Semesta |
24 | Tanpa SIkap |
25 | Ingatlah, Ketika Aku Bersikap |
26 | Musyafir tanpa Tujuan Dunia |
27 | Cinta dalam Nafas dan Petuah Sejati |
28 | Uzla dan Kholwat: Jalan Sunyi Sang Pecinta |
29 | Ketetapan Akhirat |
30 | Kefakiran adalah Nikmat Allah |
----------ooOoo---------- |